1. Introduction
Shape memory alloy merupakan jenis dari smart material, yang berarti material tersebut peka dan mampu "beradaptasi" dengan berbagai kondisi, dalam hal ini kondisi termal (kalor). Shape memory alloy mampu berubah bentuk sesuai kondisi termal (kalor) yang diterimanya.
2. Sejarah Shape
Memory Alloy (SMA)
Penemuan shape
memory effect diambil pada 1930-an. Menurut Otsuka dan Wayman, A. Olander
menemukan perilaku pseudoelastic dari
paduan Au-Cd pada tahun 1932. Greninger dan Mooradian (1938) mengamati
pembentukan dan hilangnya fase martensitik dengan menurunkan dan meningkatkan
suhu paduan Cu-Zn. Fenomena dasar dari efek memori diatur oleh perilaku thermoelastic fasa martensit dilaporkan
secara luas satu dekade kemudian oleh Kurdjumov dan Khandros (1949) dan juga
oleh Chang dan Baca (1951).
Paduan titanium-nikel
pertama kali dikembangkan pada 1962-1963 oleh US Naval Ordnance Laboratorium dan dikomersialisasikan di bawah nama dagang Nitinol (sebuah akronim untuk Nickel Titanium
Naval Ordnance Laboratories). Sifat yang luar biasa mereka temukan secara
tidak sengaja yaitu sebuah sampel yang sudah keluar bengkok dengan perubahan bentuk
berkali-kali yang ditampilkan pada pertemuan manajemen laboratorium. Salah satu
direktur teknis asosiasi, Dr David S. Muzzey, memutuskan untuk melihat apa yang
akan terjadi jika sampel dipanaskan dan memegang pipa ringan di bawahnya dan setelahnya semua orang takjub dengan sampel yang dapat kembali ke bentuk aslinya tersebut.
3. Pengertian dan Konsep Shape Memory Alloy (SMA)
Shape Memory Alloy (SMA) adalah material cerdas (smart material)
yang bentuknya berubah terhadap kalor. Beberapa material jenis ini antara lain
adalah nitinol, nikel dan titanium serta kombinasinya. Material kelompok ini
dapat mengkonversi energi termal secara langsung menjadi usaha mekanis.
Misalnya smart shape memory alloys
dapat diprogram untuk mengadopsi bentuk tertentu ketika alloy mencapai suhu yang diinginkan (misalnya 1000C).
Alloy yang sama ini kemudian dapat dimanipulasi atau dideformasi secara mekanis
untuk mengadopsi bentuk yang berbeda ketika berada dalam suhu yang tidak
diinginkan (misalnya 500C). Ketika alloy dipanaskan di atas suhu
transisi kritis misalnya, material akan mengingat bentuk sebelumnya dan
merestorasi diri.
4. Struktur dan Mekanisme Shape Memory Alloy (SMA)
Shape memory alloy memiliki struktur
kristal austenit dan martensit. Mekanisme sifat "ingat bentuk" tersebut diilustrasikan pada
Gambar 1. Suatu
bahan shape memory alloy pada temperatur rendah yang mempunyai struktur
austenit, pada temperatur tinggi berubah ke bentuk struktur kembaran yang
dikenal sebagai fasa martensit. Fasa martensit mudah dideformasi dengan beban
yang relatif rendah. Ketika bahan pada fasa martensit yang terdeformasi
dipanaskan, struktur kembaran fasa martensit akan mengatur dirinya dan
membentuk fasa austenit. Transformasi fasa austenit ke fasa martensit dan
sebaliknya berlangsung tanpa melalui proses difusi seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Mekanisme sifat ingat bentuk ( shape
memory )
Temperatur
ketika bahan berfasa austenit berubah menjadi fasa martensit dikenal sebagai
martensite start (Ms) yang
berlangsung terus hingga fasa martensit stabil pada temperatur martensite finish (Mf). Ketika bahan dipanaskan dan fasa berubah
menjadi fasa austenit dikenal sebagai temperatur austenite start (As), dimana
perubahan ini berlangsung hingga temperatur austenite
finish (Af).
Struktur
atom dari shape memory alloys adalah
berupa martensite dan austenit, dan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur atom martensit dan austenit
5. Pemrosesan Shape
Memory Alloys
Shape Memory Alloys dibuat melalui dua bagian pemrosesan
yaitu proses pembentukan dan proses pelatihan. Pada proses pembentukan, SMA biasanya
dibuat dengan casting (pencetakan)
dimana sebelumnya menggunakan proses peleburan atau pelelehan busur vakum
induksi yang. Ini adalah teknik yang digunakan untuk memastikan logam-logam yang
dipadukan tercampur rata. Lalu dilakukan
hot rolling yaitu ditekan dan dipanjangkan menjadi beberapa bagian lagi dan
kemudian dilakukan drawn untuk
mengubahnya menjadi kawat. Cara kedua yaitu dilakukan pelatihan, yaitu paduan
tersebut "dilatih" untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan.
"Pelatihan" tersebut yaitu dengan mendikte paduan tersebut yang akan dapat
mengingat kembali bentuknya ketika dipanaskan. Hal ini dilakukan dengan
memanaskan paduan sehingga terjadi dislokasi dan akan kembali ke posisi dia
stabil, tetapi dalam keadaan tidak terlalu panas sehingga materi
recristalisasi. Mereka dipanaskan sampai antara 400 ° C dan 500 ° C selama 30
menit sedangakan ada untuk beberapa paduan yang 500 ° C dan lebih dari 5 menit.
Mereka kemudian dibentuk selagi panas dan didinginkan dengan cepat oleh
pendinginan dalam air atau dengan pendingin dengan udara.
6. Sifat Shape
Memory Alloys
Shape memory alloy memiliki
beberapa sifat yang berbeda dibandingkan dengan jenis bahan-bahan lainnya.
Sifat utama yang dimiliki oleh shape
memory alloy adalah superelastisitas dan memiliki shape memory effect yang
terdiri dari one way memory effect
dan two way memory effect.
a. Superelastisitas
Perilaku ini dapat juga disebut super-thermoelasticity atau
pseudo-elasticity. Shape memory alloys
juga memiliki karakteristik yang dapat mengalami lebih banyak tekukan penting
daripada paduan logam konvensional.
Prinsip dari sifat ini adalah perlakuan paksa dilakukan pada paduan (pada
temperatur konstan) seperti pada diagram state ( gambar 3). Lalu dilakukan
perlakuan tekukan yang ditunjukkan oleh gambar 4.
Gambar 3. Diagram keadaan perubahan dari austenit ke martensit
Gambar 4. Kurva sampel monokristal selama perubahan di bawah
paksaan dengan temperatur konstan
Untuk gambar 4 memiliki 3 daerah penting yaitu:
- I Dari daerah asal sMs: elastisitas dari austenit;
- II Dari sMs menuju sMf : tekukan pada daerah perubahan bentuk martensit;
- III Dari sMf : elastisitas dari martensit.
b. Shape
memory effect
Ada dua jenis fenomena shape memory effect (SME), yaitu SME
satu arah dan SME dua arah. Pada SME satu arah, perubahan bentuk terjadi hanya
pada saat pemanasan sedangkan pada SME dua arah, perubahan bentuk terjadi pada
saat pemanasan dan pendinginan. Dengan demikian SME dua arah menunjukkan efek switching antara bentuk pada saat dingin
dan bentuk pada saat panas, masing-masing terhadap pemanasan dan pendinginan. Skema efek ditampilkan di bawah.
Gambar 5. Skema fenomena shape memory effect (SME)
: shape memory effect satu arah dan shape memory effect dua arah
Pada gambar di atas, prosedur yang sangat mirip: mulai dari
martensit (a), menambahkan deformasi reversibel untuk efek satu-arah atau
deformasi berat dengan jumlah yang tidak dapat diubah untuk dua arah (b),
pemanasan sampel (c) dan pendinginan lagi (d).
Shape memory effect satu arah (One way memory effect)
Ketika sebuah paduan shape memoy dalam keadaan dingin (di bawah As),
logam dapat menjadi bengkok atau dipanjangkan dan akan terus berubah bentuk
sampai dipanaskan di atas suhu transisi. Setelah pemanasan, perubahan bentuk ke
aslinya. Ketika logam mendingin lagi itu akan tetap dalam bentuk panas, sampai
terdeformasi lagi.
Dengan efek satu arah, pendinginan dari suhu tinggi tidak
menyebabkan perubahan bentuk makroskopik. Pada pemanasan, transformasi dimulai
pada As dan selesai pada Af (biasanya 2 sampai 20 ° C atau lebih
panas, tergantung pada paduan atau kondisi beban). As ditentukan oleh
jenis paduan dan komposisi dan dapat bervariasi antara -150 ° C dan 200 ° C.
Prinsip dari one-way
memory effect berdasarkan gambar 7 yaitu :
(a)
: Terdapat proses pendinginan tanpa adanya perlakuan paksa dari temperatur
temperature Ti diatas Ms dan temperatur Tf di bawah Mf. Sebagai konsekuensinya,
terbentuk struktur martensit tetapi tidak terjadi perubahan benkokan. (b) : Diberi
perlakuan paksa pada temperatur konstan dan tidak terdapat perubahan fase, dan
terdapat kembali berorientasi pada bentuk varasi martensit selama proses
pendinginan. (c) : Pada proses ini adalah proses pemanasan hingga Ti di bawah
perlakuan paksa nol. Lalu paduan ini akan menemukan kembali bentuk awalnya.
Shape memory effect dua arah (Two way memory effect)
Bentuk memori efek dua arah adalah efek yang
material mengingat dua bentuk yang berbeda: satu pada temperatur rendah, dan
satu pada bentuk suhu tinggi. Sebuah materi yang menunjukkan efek shape memory selama pemanasan dan
pendinginan baik disebut shape memory
dua arah. Ini juga dapat diperoleh tanpa penerapan kekuatan eksternal
(intrinsik efek dua arah). Alasan materi berperilaku begitu berbeda dalam
situasi ini yaitu terletak dalam pelatihan. Pelatihan menyiratkan bahwa shape memory dapat "belajar"
untuk berperilaku dengan cara tertentu. Dalam keadaan normal, shape memory alloys "mengingat"
bentuknya pada suhu tinggi, tapi setelah pemanasan dilakukan untuk memulihkan
bentuk suhu tinggi, dan segera "lupa" terhadap bentuk suhu rendah.
Namun, bisa "dilatih" untuk "mengingat" untuk meninggalkan
beberapa pengingat kondisi suhu rendah terdeformasi dalam fase suhu tinggi.
Pada two-way memory effect, paduan
ini dapat melakukan perubahan bentuk baik karena proses pemanasan maupun proses
pendinginan. Dapat ditentukan bentuk steady : Untuk temperatur tinggi yaitu
austenite dan temperatur rendah yaitu
martensit. Prinsip dari two way memory effect berdasarkan gambar 9 yaitu : Setelah
beberapa pelatihan, paduan ini memiliki dua bentuk stabil.
Shape
memory alloy terdiri dari tiga jenis paduan, yaitu nikel-titanium tembaga, dan ferrous
(besi).
a. Paduan TiNi
Pada komposisi tertentu,
merupakan salah satu kelompok
paduan yang digunakan sebagai
bahan paduan shape
memory, karena paduan ini
memiliki sifat pemulihan
tegangan dan regangan pada perubahan
temperatur tertentu. Sifat pemulihan
regangan dan tegangan ini dikenal
sebagai fenomena shape memory
effect (SME) dan paduan shape memory termasuk dalam kategori material cerdas (smart
material) sedangkan paduan TiNi
ditemukan pertama kali
oleh ahli dari
Naval Ordinance Laboratory (NOL)
pada tahun 1963 di Amerika Serikat dan
sejak itu paduan TiNi yang
bersifat shape memory dikenal dengan
istilah NITINOL (NIckle-TItanium Naval
Ordinance Laboratory). Paduan
nitinol memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan paduan
shape memory lainnya (misalnya: AgCd, CuZn, NiAI, FePd, FeMNSi dan lain-lain). Kelebihan
tersebut diantaranya; ulet, ketahanan korosi yang lebih baik, sifat mekanik yang lebih baik, tahan
listrik yang relatif tinggi serta
memiliki stabilitas sifat
ingat bentuk yang lebih
baik, sehingga paduan ini lebih
banyak dikembangkan dalam
aplikasinya, untuk digunakan /dioperasikan pada temperatur yang
lebih tinggi tanpa
menimbulkan degradasi
terhadap sifat shape memory-nya. Salah satu
sifat nitinol, yaitu
temperatur transformasi martensitik, dapat dimodifikasi
dengan mengubah komposisi
paduan, pengerjaan dan perlakuan
panas, sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sesuai batasan pemanfaatannya.
b. Paduan Tembaga
Untuk
paduan tembaga yang berbeda, menurut komposisi mereka, tipis kabel (dari 100 mm
sampai 2 mm diameter) dapat diperoleh. Hal ini juga mungkin untuk mendapatkan lembaran
tipis (dari 15 mm sampai 300 mm), yang digunakan, misalnya, dalam domain
mikro-mekanik. Berikut adalah paduan berbeda dengan tembaga:
- Cu-Zn-Al (tembaga-seng-aluminium): mudah digunakan dan harga moderat. Ada masalah selama penggunaan pada suhu tinggi yaitu sebuah stabilisasi martensit. Menambahkan penyulingan seperti kobalt, zirkonium, atau titanium, adalah mungkin untuk mencapai ukuran butir 50 mm sampai 100 mm.
- Cu-Al-Ni (Tembaga-aluminium-nikel): lebih sulit untuk digunakan, tetapi kurang reaktif terhadap kestabilisasian atau penuaan. Paduan ini memiliki sifat yang sangat baik dalam domain suhu yang besar (Dari 50 ° C sampai 180 ° C).
- Cu-Al-Be (Tembaga-aluminium-berilium): Memiliki stabilitas termal yang baik. Karena ada sejumlah lemah berilium, itu memungkinkan suhu transformasi disesuaikan dari -200 ° C sampai 150 ° C.
8. Aplikasi Shape Memory Alloys
Aplikasi dari shape memory alloys dapat dimanfaatkan dalam bidang medis, bidang kedirgantaraan, robot mikro, pneumatic valve, dll.
a. Bidang Kedirgantaraan
Aplikasi dari shape memory alloys dapat dimanfaatkan dalam bidang medis, bidang kedirgantaraan, robot mikro, pneumatic valve, dll.
a. Bidang Kedirgantaraan
Mekanisme
peluncuran Frangibolt TiNi Aerospace, Inc. didesain untuk pesawat luar angkasa
untuk memberikan rasa aman dan dapat mengontrol penyebaran dari satelit pesawat
luar angkasa. Memanfaatkan peluasan silinder SMA dengan elemen pemanas
terintegrasi, peralatan tersebut dapat memutuskan baut penghubung beban ke
pesawat luar angkasa. Peluncuran tersebut oleh karena itu mungkin tanpa
peledakan. Beberapa model berbeda untuk baut yang berbeda dan berat satelit
(mencapai 5000lbf / 2300kg) yang dibuat. Peralatan-peralatan tersebut dapat
digunakan kembali setelah penekanan dari eemen SMA dengan alat eksternal.
Gambar 10. Peralatan peluncuran Frangibolt non-explosive
Pinpullers,
juga dibuat oleh TiNi Aerospace, Inc.
adalah peralatan kabel penggerak yang didesain untuk keamanan dan pelepasan
dari payload pada pesawat luar angkasa. Seperti frangibolt, pinpuller lebih
berukuran kecil, dapat digunakan kembali, kemampuan bertahan lebih baik, lebih
aman dan efisien.
b. Proportional
pneumatic microvalve
TiNi
Alloy Company memproduksi sebuah pneumatic microvalve menggunakan TiNi
ketebalan film. Valve ini dapat mengontrol aliran udara secara proporsional,
mengganti valve solenoid konvensional. Meskipun dalam sebuah fase prototype,
distribusi komersial dari peralatan ini telah dimulai.
c. Peralatan Medis
Ada
banyak aplikasi di dalam bidang medis. Sebagai contoh : kawat gigi pada
perawatan gigi, peralatan-peralatan microsurgical,
microgrippers, stents, pipa ke dalam saluran tubuh, kabel-kabel penunjuk
untuk pipa ke dalam saluran tubuh, dan implantasi.
Gambar 12. Peralatan Surgical, microgripper dan stents
Stent - Sebuah perangkat yang digunakan untuk mengobati penyakit koroner. Ini akan dimasukkan dalam bentuk yang terdeformasi dan akan meluas mencapai suhu tubuh tertentu untuk membuka arteri dan meningkatkan aliran darah.
Gambar 13. Proses pemasangan gigi menggunakan shape memory alloys
DAFTAR PUSTAKA
Pandjaitan, Elman, Sulistioso G. S, Sumaryo. 2008. Temperatur
Transformasi Fasa Shape Memory Alloy - TiNi Hasil Pemaduan Teknik Arc-Melting. ISSN
0852-4777 Urania Vol. 14 No. 2, April 2008 : 49 – 105.
Pandjaitan, Elman, Sulistioso G. S, Giat Sukardjo.
Pengaruh
Waktu Penuaan Terhadap Sifat Superelastisitas Paduan Shape Memory Ti-50.85% At.Ni. Bidang
Bahan lndustri -Pusat Penelitian dan Pengembangan IImu Pengetahuan
Teknologi Bahan-BATAN.
Triyana, Kuwat. 2007. Penelitian dan Pengembangan
Smart Material dan Aplikasinya. Kemajuan Terkini Riset Universitas Gadjah Mada.
Anonim. 2007. Eploring Shape Memory Alloys Smart
Materiala. Georgia Institute of Technology.
http://www.answers.com/topic/shape-memory diakses pada tanggal 1 Desember 2010 pada
pukul 18.00 WIB
http://webdocs.cs.ualberta.ca/~database/MEMS/sma_mems/sma.html diakses pada tanggal 1 Desember 2010 pada
pukul 18.00 WIB
http://www.stanford.edu/~richlin1/sma/sma.html diakses pada tanggal 1 Desember 2010 pada
pukul 18.00 WIB
http://depts.washington.edu/matseed/mse_resources/Webpage/Memory%20metals/how_shape_memory_alloys_work.htm diakses pada tanggal 1 Desember 2010 pada
pukul 18.00 WIB
http://matsci.fisika.ui.ac.id/abstrak/abstrak/sunyoto.htm diakses pada tanggal 1 Desember 2010 pada
pukul 18.00 WIB
http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=134&lang=id diakses pada tanggal 5 Desember 2010 pada
pukul 14.00 WIB
http://www.azonano.com/news.aspx?newsID=11633&lang=id diakses pada tanggal 5 Desember 2010 pada
pukul 14.00 WIB
http://ardizaenusyifa.blogspot.com/2010/06/nonferrous-metals-and-alloys-production.html diakses pada tanggal 5 Desember 2010 pada
pukul 14.00 WIB