1.
Pendahuluan
Korosi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dari
kehidupan sehari-hari, yang biasa disebut dengan istilah karat untuk bahan -
bahan logam. Korosi merupakan degradasi (pengrusakan atau penurunan kualitas)
suatu bahan karena adanya interaksi antara bahan tersebut dengan lingkungan.
Korosi tidak dapat dihilangkan, namun korosi dapat diperlambat laju korosinya
sehingga muncul berbagai macam cara untuk menanganinya di antaranya penambahan
inhibitor. Ada berbagai macam cara memperlambat laju korosi, antara lain
coating, penambahan inhibitor, proteksi katodik, dan lain - lain. Gambar 1
menunjukkan salah satu proses penambahan inhibitor korosi.
Gambar 1. Penambahan inhibitor korosi[4]
Inhibitor korosi sendiri didefinisikan
sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam
lingkungan akan menurunkan serangan korosi lingkungan terhadap logam. Umumnya
inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang
mengandung gugus - gugus yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit,
kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina[1]. Inhibitor hingga saat ini masih
menjadi solusi terbaik untuk melindungi korosi internal pada logam, dan
dijadikan sebagai pertahanan utama industri proses dan ekstraksi minyak.
Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang fleksibel, yaitu mampu memberikan
perlindungan dari lingkungan yang kurang agresif sampai pada lingkungan yang
tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah diaplikasikan (tinggal tetes), dan
tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena lapisan yang terbentuk sangat
tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan perlindungan yang luas[2].
2. Mekanisme Proteksi
Daya
inhibisi dari suatu senyawa organik terhadap korosi pada logam bergantung pada
kemampuannya melepas elektron, jumlah elektron yang tidak berpasangan, kabut elektron, sistem cincin aromatik, atau jenis
grup fungsional yang mengandung unsur-unsur grup V dan VI dalam table periodik.
Grup fungsional yang biasanya dipakai sebagai inhibitor adalah gugus hydroxi
(-OH), epoxy (-C-O-C-), amine (-C-N-C-), amino (-NH2), thiol (-C=S-), dan gugus
fungsi lainnya terdapat dalam literatur. Polifenol dan asam amino merupakan
contoh dari gugus fungsional yang biasanya digunakan[2].
Perlindungan
logam oleh polifenol dan asam amino terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu
adsorpsi secara fisika, adsorpsi secara kimia, dan pembentukan lapisan pada
permukaan logam. Adsorpsi secara fisika berlangsung dengan cepat, karena
interaksi elektrostatik antara permukaan logam yang memiliki charge positif
dengan polifenol yang memiliki charge negatif, reaksi yang terjadi bersifat reversible.
Adsorpsi secara fisika ini mudah terlepas akibat gangguan mekanis dan
peningkatan temperatur. Sedangkan adsorpsi secara kimia bersifat lebih stabil,
tidak sepenuhnya reversible, dan berlangsung dengan lambat. Semakin tinggi
temperatur biasanya mengakibatkan peningkatan adsorpsi dan inhibisi. Adsorpsi
secara kimia merupakan aktivitas transfer atau berbagi elektron antara
polifenol atau asam amio dan permukaan logam, sehingga menentukan kemampuan
inhibisi[2].
Gambar 2. Mekanisme pendonoran sepasang
elektron bebas pada pembentukan senyawa kompleks besi[2]
Menurut
Hermawan, mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi/baja dari
serangan korosi diperkirakan hampir sama dengan mekanisme proteksi oleh
inhibitor organik. Reaksi yang terjadi antara logam Fe2+ dengan
medium korosif seperti CO2 diperkirakan menghasilkan FeCO3,
oksidasi lanjutan menghasilkan Fe2(CO3)3 dan
reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan
senyawa kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung nitrogen
mendonorkan sepasang elektronnya pada permukaan logam mild steel ketika
ion Fe2+ terdifusi ke dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah Fe -->
Fe2+ + 2e-
(melepaskan elektron) dan Fe2+ + 2e- -->
Fe (menerima elektron)[2].
(a) (b)
Gambar 3. Struktur senyawa (a) nikotin (b)
kafein[2]
Produk yang
terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang tinggi dibanding dengan Fe saja,
sehingga sampel besi/baja yang diberikan inhibitor ekstrak bahan alam akan
lebih tahan (ter-proteksi) terhadap korosi. Contoh lainnya, dapat juga dilihat
dari struktur senyawa nikotin dan kafein yang terdapat dalam ekstrak daun
tembakau, teh, dan kopi, dimana kafein dan nikotin yang mengandung gugus atom
nitrogen akan menyumbangkan pasangan elektron bebasnya untuk mendonorkan
elektron pada logam Fe2+ sehingga terbentuk senyawa kompleks dengan
mekanisme yang sama seperti di atas[2].
3. Jenis - Jenis Inhibitor dan
Mekanisme Kerjanya
3.1 Inhibitor Memasifkan Anoda
Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan anoda adalah
senyawa-senyawa kromat, misalnya Na2C2O4 =. Salah
satu reaksi redoks yang terjadi dengan logam besi adalah[3]:
Oksidasi : 2 Fe + 2 H2O ----------- Fe2O3 + 6 H+ + 6e
Red-Oks : 1 Fe + 2 CrO4= + 2 H+ -------
Fe2O3 + Cr2O3 + 3
H2O
Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr2O3 inilah
yang kemudian bertindak sebagai pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis
saja, namun cukup efektif untuk melindungi permukaan logam yang lemah dari
serangan zat-zat agresif. Untuk ini diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan
endapan mengingat lapisan tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus
larutan. Berbagai data penelitian dengan berbagai kondisi percobaan menganggap
bahwa Cr(III) nampak dominan pada spesimen yang didukung oleh pembentukan
lapisan udara, sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen
pengamatan yang didukung oleh suatu lapisan pelindung yang mengandung Cr(III).
Ini menunjukkan bahwa terjadinya reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan
spesimen. Secara keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium
dan aluminium memperlihatkan lapisan dalam bentuk Cr(IV) memiliki ketebalan
sekitar satu per-enam dari tebal lapisan keseluruhan[3].
Hasil penelitian dengan menggunakan teknik pendar fluor dari
adsorpsi sinar x memperlihatkan disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV)
sebanding dengan pertumbuhan Cr2O3 yang mengisi celah-celah
lapisan anodik (dalam hal ini Al2O3) diatas permukaan logam Al. Cara
yang sudah lazim tentang studi pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam
akibat reaksi antar muka logam dengan inhibitor dapat menggunakan diagram
potensial - pH dan secara kinetik dengan menggunakan kurva polarisasi[3].
Inhibitor jenis CrO4 = dan NO2- cukup banyak digunakan untuk
perlindungan logam besi dam aluminium terhadap berbagai medium korosif. Namun
dari studi teoritis maupun eksperimentil, kedua jenis inhibitor tersebut kurang
baik digunakan dalam medium yang mengandung H2S dan Cl-[3]. Dengan
adanya H2S, sebagian dari CrO4= bereaksi dengan H2S yang
menghasilkan belerang. Nampaknya Cr2O3 yang terbentuk tidak
dapat terikat kuat pada logamnya. Sedangkan pada medium Cl-,
terjadi kompetisi reaksi dengan logamnya. Misalnya ion klorida dapat membentuk
kompleks terlarut dengan senyawa Fe (III) yang ada pada permukaan logam besi,
sehingga lapisan pelindung Cr2O3 - Fe2O3 sukar
dipertahankan keberadaannya[3].
Tabel 1 berikut ini merupakan rangkuman tentang penggunaan
inhibitor kromat untuk melindungi beberapa jenis logam dalam berbagai
lingkungan korosif.
Tabel 1. Konsentrasi efektif dari inhibitir
kromat[3]
LOGAM
|
LINGKUNGAN
|
INHIBITOR
|
Al
|
HNO3 10%
|
alkali, kromat 0,1%
|
H3PO4
|
alkali, kromat 0,1%
|
|
H2PO 20%
|
Na2CrO4 0,5%
|
|
H3PO4 pekat
|
Na2CrO4 5%
|
|
Etanol panas
|
K2Cr2O7
|
|
NaCl 3-5%
|
Na2CrO4 1%
|
|
Na-trikloroasetat 50%
|
Na2Cr2O7 0,5%
|
|
Tetrahidrofuran, alk
|
Na2CrO4 0,3%
|
|
Cu
|
Tetrahidrofuran, alk
|
Na2CrO4 0,3%
|
Baja
|
Na – trikloroasetat 50%
|
Na2Cr2O7 0,5%
|
Tetrahidrofuran, alk
|
Na2CrO4 0,3%
|
Tabel 2 memperlihatkan konsentrasi kritis dari NaCl dan Na2SO4 selaku
depasivator pada penggunaan Na2CrO4 dan NaNO3 selaku
inhibitor korosi logam besi.
Tabel 2. Konsentrasi Kritis Nacl dan Na2SO4 Selaku
Depasivator pada Inhibitor Na2CrO4 dan Nano2 bagi
Logam Besi[3]
Inhibitor
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Konsentrasi Kritis (ppm)
|
|
NaCl
|
Na2SO4
|
||
Na2CrO4
|
200
|
12
|
55
|
500
|
30
|
120
|
|
NaNO2
|
50
|
210
|
20
|
100
|
460
|
55
|
|
500
|
200
|
450
|
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila konsentrasi
inhibitor jenis ini tidak mencukupi, malahan dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan korosi logam. Bila lapisan pasif yang terbentuk tidak mencukupi untuk
menutupi permukaan logam, maka bagian yang tidak tertutupi akan terkorosi
dengan cepat. Akibatnya akan terbentuk permukaan anoda yang sempit dan
permukaan katoda yang jauh lebih luas, sehingga terjadilah korosi setempat
dengan bentuk sumuran-sumuran[3].
Contoh senyawa lain dari inhibitor pasivasi anodik adalah phosfat (PO4-3),
tungstat (Wo4-2) dan molibdat (MoO4-2), yang oleh karena tidak bersifat oksidator maka
reaksinya dengan logamnya memerlukan kehadiran oksigen[3].
3.2. Inhibitor Memasifkan Katoda
Dua reaksi uatama yang umum terjadi pada katoda diadalam medium
air, yaitu reaksi pembentukan hidrogen dari proton[3]:
2 H+ + 2 e ---------- H2
dan reaksi reduksi gas oksigen dalam suasana asam
O2 + 4 H+ + 4 e ----- 2 H2O
Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk
oleh pasangan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama,
maka apabila reaksi reduksi (pada katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi
oksidasi (pada anoda). Inilah yang menjadi pedoman pertama di dalam usaha
menghambat korosi logam dalam medium air atau medium asam[3].
Hal yang kedua adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh
suatu senyawa kimia tertentu baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau
melalui pengaturan kondisi larutan,misalnya pH[3].
Secara umum terdapat 3 jenis inhibitor yang mempasifkan katoda,
yaitu jenis racun katoda, jenis inhibitor mengendap pada katoda dan jenis
penangkap oksigen. Inhibitor racun katoda pada dasarnya berperan mengganggu
rekasi pada katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi diawali yang teradsorpsi
pada permukaan katoda[3].
H+
+ e -------------> H(ads)
atau H3O+
+ e -------------> H(ads) + H2O
selanjutnya 2 H(ads) -------------> H2
Inhibitor harus berperan menghambat kedua tahap reaksi diatas
terutama reaksi yang pertama, misaInya berdasarkan diagram arus –potensial
(voltamogram) reaksi pembentukan hidrogen dari asamnya, maka untuk memperkecil
arus katodik dapat dengan menurunkan tegangan lebih katodiknya. Yang patut
dipertimbangkan adalah bila inhibitor hanya menghambat reaksi kedua saja, maka
akan terjadi penumpukan atom hidrogen pads permukaan katoda. Atom-atom tersebut
dapat terpenetrasi ke dalam kisi logam – dan mengakibatkan timbulnya kerapuhan
akibat hidrogen[3].
Senyawa sulfida (S=) dan selenida (Se=)
mungkin dapat digunakan, karena dapat terserap pada permukaan katoda. Namun
sayang sekali pada umumnya senyawa-senyawa itu mempunyai kelarutan yang rendah
di dalam air atau suasana asam. Selain itu dapat pula mengendapkan berbagai
logam, disamping sifat racunnya[3].
Senyawa arsenat, bismutat dan antimonat dapat pula digunakan, yang
melalui suatu reaksi tertentu (misal reaksi kondensasi) dapat tereduksi
menghasilkan produk yang mengendap pada katoda. Biasanya reaksi tersebut
berlangsung pada pH relatif rendah. Inhibitor jenis kedua adalah yang dapat
diendapkan pada katoda. Cukup banyak senyawa-senyawa yang dengan pengaturan pH
larutan dapat membentuk suatu endapan, misalnya garam-garam logam transisi akan
mengendap sebagai hidroksidanya pada pH tinggi yang lazim digunakan adalah ZnSO4 yang
terhidrolisis[3].
ZnSO + 2 H2O Zn(OH)2(S) + H2S04
pH larutan harus tetap tinggi mengingat harus menetralisir asam
yang berbentuk. Cara sederhana lainnya adalah pembentukan karbonat dari logam
alkali tanah (CaC03' Bac03' atau MgC03) melalui reaksi Ca(HC03)2 + Ca(OH)2 - 2
cac03(S) + 2 H2O atau apabila diperkirakan sudah ada senyawa sebagai alkali
tanah (CaCo3,
BaCO3,
atau MgCO3)
melalui reaksi[3] :
Ca (HCO3)2 + Ca (OH)2 2 CaCO3 (s) +
2 H2O
Atau apablia diperkirakan sudah ada senyawa sebagai bikarbonatnya,
dapat melalui pemanasan
Ca (HCO3)2 pemanasan CaCO3 (s) +
H2O
+ CO2 (g)
Perhitungan yang teliti dapat dilakukan untuk mendapatkan kondisi
yang baik berdasarkan data Ksp' tetapan keasaman, dan tetapan
kestabilan dari berbagai spesi yang ada dalam sistem itu. Jenis inhibitor yang
mempasifisi katodik lainnya adalah didasarkan pada kerjanya yang mengikat
oksigen terlarut (oxygen scavenger) .
Hidrasin (H2H4) merupakan senyawa yang paling
banyak digunakan, yang reaksinya dengan oksigen adalah[3]
N2H4 + O2(g) N2(g) + 2
H2O
Reaksi ini sangat lambat, walaupun pada pemanasan sampai suhu
60°C. Untuk mempercepat reaksi, diperlukan katalisator, misalnya garam garam
dari Co(II), Mn(II) atau Cu(II), dan pada akhir-akhir ini banyak digunakan
senyawa-senyawa organologam. Organologam dihasilkan akibat reaksi pembentukan
senyawa khelat antara ion logam dengan suatu ligan tertentu, misal senyawa
Co(3,4 - toluen diamine)2Cl2[3].
Tabel 3 berikut ini menunjukkan peningkatan lajut ikat dari
hidrasin terhadap oksigen dengan adanya katalis tersebut.
Tabel 3. Pengaruh Katalis Co (3,4-Toluen
diamine)2Cl2 terhadap
Laju Reaksi Pengikatan O2 oleh Hidrasin[3]
|
Waktu
|
||||
0
|
3
|
5
|
7
|
10
|
|
Hidrasin dengan katalis Co (3,4-Toluen diamine)2 Cl2
|
7,4
|
4,6
|
2,4
|
0,7
|
0,3
|
Hidrasin tanpa katalis
|
8,7
|
7,4
|
6,8
|
6,4
|
6
|
Angka banding jumlah senyawa kompleks terhadap senyawa hidrasin
adalah antara 0,002 - 0,04 bagian senyawa kompleks terhadap 1 bagian senyawa
hidrasin. Di samping katalis garam-garam logam transisi atau senyawa kompleks
organologam, dapat pula digunakan senyawa senyawa organik jenis aryl amina[3].
Tabel 4 di bawah ini menunjukkan efektifitas beberapa jenis
senyawa aryl amina sebagai katalis bagi hidrazin selaku oxygen scavenger. Studi
dilakukan dalam kondisi 150 ppm hidrasin, pH = 10, pada suhu 25°C, sebagai oxygen
scavenger dalam air untuk keperluan boiler[3].
Tabel 4. Penggunaan Katalis Senyawa Aryl
Amina Selaku Katalis bagi Hidrasin sebagai Oxygen Scavenger Bagi Air untuk
Boiler[3]
Senyawa aryl amina 3 ppm
|
% O2 yang hilang
|
|
|
5 menit
|
10 menit
|
o-phenylen diamina
|
44
|
82
|
p- phenylen diamina
|
84
|
95
|
2,3 - Toluen diamine
|
55
|
92
|
2,6 - Toluen diamine
|
75
|
95
|
n - animo benzoteifluorida
|
62
|
95
|
1 - animo - 2 napthol - 4 sulfanic acid
|
65
|
95
|
Hidrasin tanpa katalis (sebagai control)
|
25
|
50
|
Di samping hidrasin masih banyak lagi senyawa-senyawa yang dapat digunakan sebagai oxygen scavenger, misalnya Na2SO3, hidroksil amin HCl, N,N-diethyl hydroxylamin, gas SO2, dan sebagainya[3].
3.3 Inhibitor
Ohmik dan Inhibitor Pengendapan
Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor
pembentuk lapisan pada katoda maupun anoda adalah semakin bertambahnya tahanan
daripada rangkaian elektrolit. Lapisan yang dianggap memberikan kenaikan
tahanan yang memadai biasanya mencapai ketebalan beberapa mikroinchi. Bila
lapisan terjadi secara selektif pada daerah anoda, maka potensial korosi akan
bergeser kearah harga yang lebih positif, dan sebaliknya potensial korosi akan
bergeser ke arah yang lebih negatif bilamana lapisan terjadi pada daerah
katoda. Jenis inhibitor pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium
silikat dan berbagai senyawa fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk
melindungi baja, keduanya cukup efektif bila kondisi pH mendekati 7 dengan
kadar Cl- yang
rendah. E.F. Duffek dan D.S.Mc.Kinney telah melakukan studi tentang penggunaan
natrium silikat sebagai inhibitor korosi bagi logam besi. Dalam hal ini natrium
silikat bertindak sebagai inhibitor mempasifkan anoda[3].
Percobaan dilakukan terhadap elektroda baja yang diperlakukan
selama 24 - 28 jam dalam larutan natrium silikat (dengan kadar SiO2 antara
3 - 500 ppm), dan dialiri udara. Selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan
perlakuan baja larutan natrium hidroksida pada pH yang sama. Korosi tidak
terjadi walaupun dalam medium yang mengandung 15 ppm SiO2,
sedangkan pada larutan natrium hidroksida menunjukkan adanya korosi[3].
Konsentrasi minimum dari inhibitor tergantung pada
impuritis ada air, karena adakalanya suatu impuritis membantu melindungi anoda
melalui pembentukan lapisan, dan di lain pihak ada impuritis yang dapat
mempeptisasikan atau malah melarutkan lapisan pelindungnya. Reaksi yang
diperkirakan terjadi adalah[3]
Na2SiO2 + H+ -------------> 2 Na+ + H2SiO3
(natrium silikat) (asam
silikat)
H2SiO3 -------------> SiO2.H2O
Asam silikat akan nampak sebagai larutan keloid. Pengendapan SiO2 sangat
tergantung pada pH dan konsentrasi natrium silikat di dalam larutannya. Pada
umumnya larutan natrium silikat yang digunakan mempunyai komposisi. 8,76% Na2O, 28,
38% SiO2 dan
selebihnya pengotorpengotor, diantaranya Fe2O3 dan Al2O3
[3].
Kehadiran pengotor senyawa besi dan aluminium dianggap
menguntungkan karena menambah endapan yang terbentuk. Konsentrasi natrium
silikat yang digunakan bervariasi dari 2 - 10 ppm yang tergantung dari jenis
air yang akan dilindungi. Gangguan dapat terjadi apabila terdapat ion Ca(II)
dan Mg(II) dalam jumlah yang tinggi[3].
Rumitnya fenomena kimia yang terjadi pada penggunaan inhibitor
jenis silikat atau fosfat adalah adanya kemungkinan terbentuknya senyawa
polisilikat atau polifosfat, yang dalam hal ini memerlukan kehadiran oksigen.
Pada prakteknya pun formulasi dari inhibitor jenis silikat dan fosfat adalah
dengan mencampurkan atau mevariasikan komposisi berbagai senyawa polisilikat
atau polifosfat. Perhitungan mengenai kondisi larutan (pH) dan konsentrasi
inhibitor sangat diperlukan sekali[3].
3.4 Inhibitor
Organik
Dewasa ini sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan jenis inhibitor
organik yang digunakan. Studi mengenai mekanisme pembentukan lapisan lindung
atau penghilangan konstituen agresif telah banyak dilakukan baik dengan
cara-cara yang umum maupun dengan cara-cara baru dengan peralatan modern[3].
Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan
adalah senyawa-senyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks baik kompleks yang
terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu diperlukan adanya gugus
gugus fungsi yang mengandung atom atom yang mampu membentuk ikatan kovalen
terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu senyawa tertentu[3].
Referensi
[1] http://www.chem-is try.org/artikel_kimia/berita/ekstrak_bahan_alam_
sebagai_alternatif_inhibitor_korosi/ diakses pada tanggal 27 oktober 2014 pukul 16.20
WIB.
[2] Pradityana, Atria., Sulistijono, Abdullah
Shahab. Penggunaan Bio Inhibitor dalam
Pipe Plant Industri Migas. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
[3] Dalimunthe, Indra Surya. 2004. Kimia dari
Inhibitor Korosi. Program Studi Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
[4] http://www.epms-supplies.co.uk/c-Corrosion-Inhibitors-(26).aspx
diakses pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 10.43 WIB