1.
Pendahuluan
Keramik sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari seperti kaca, piring, gelas,vas, dan sebagainya. Keramik pada
awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang
artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran[1].
Kamus
dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni
dan teknologi untuk dapat menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar,
seperti gerabah, genteng, porselin dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua
keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup
semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat[1].
Gambar
1.
Salah satu hasil pengolahan bahan keramik[12]
Umumnya
senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan
elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kuarsa, kaolin, dan air.
Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan
mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada
lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit
dengan sedikit elektron-elektron bebas[1].
Kurangnya
beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara
kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang
jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik
secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya[1].
2. Klasifikasi
Keramik
Pada
prinsipnya keramik terbagi atas:
a. Keramik
tradisional
Keramik
tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti
kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory) [1].
b. Keramik
halus
Fine
ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, technical
ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam
atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2,
MgO, dll). Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan
pada bidang medis[1].
Keramik
termasuk dalam kategori thermoset yaitu suatu benda yang telah mengalami
pemanasan dan pendinginan kembali tidak dapat berubah lagi kebentuk asalnya.
Berdasarkan
fungsi dan strukturnya produk keramik dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu keramik konvensional dan keramik maju.
a.
Keramik Konvensional
Keramik
konvensional menggunakan bahan konvensional bahan alam fasa amorf. Keramik konvensional
dapat dibagi / diolah dalam 2 jenis yaitu :
·
Industri keramik berat (dua) golongan masing –
masing terdiri dari refraktori, mortar, abrasive dan industri semen.
·
Industri keramik halus yang terdiri dari
industri gerabah / keramik hias, porselen lantai dan dinding (tile), saniter, tableware dan isolator listrik[3].
b.
Keramik Maju
Keramik
maju dikenal juga advanced ceramics
menggunakan bahan baku artifikal murni yang mempunyai fasa kristalin. Beberapa
jenis industri keramik maju antara lain :
•
Zirkonia dan silikon, seperti untuk kebutuhan
otomotif (blok mesin, gear, mata pisau dan gunting.
•
Barium titanat untuk industri elektronika
(kapasitor dan gunting).
•
Keramik nitrid oksida (zirkon nitride,
magnesium nitride, cilikon karbida) digunakan untuk high technologi, cutting
tools, komponen mesin, alat ekstraksi dan pengolahan logam.
•
Fiber
optic di industri telekomunikasi, penerangan, gedung pencakar langit
dan tenaga surya[3].
3. Bahan Baku Pembuatan Keramik
Secara
garis besar bahan baku yang dipergunakan untuk membuat keramik terdiri atas 3
macam (triaxial), yaitu tanah liat (clay), pasir, dan feldspar.
a. Tanah liat (clay)
kandungan
utama dari tanah liat antara lain kaolinite (Al2O3.2SiO2.2H2O),
montmorillinote, illite, halloysite. Perbedaan kandungan tanah liat memberikan
sifat yang berbeda-beda. Sifat tanah liat yang penting untuk pembuatan keramik
antara lain plastisitas (kemampuan untuk dibentuk tanpa mudah retak),
fusibilitas (kemampuan untuk dilebur), bahan baku pasir (kuarsa), fungsi
(sebagai bahan non plastik)[3].
Gambar 2. Bahan baku tanah liat dihancurkan dan dikeringkan[12]
b. Feldspar
Bahan
baku feldspar berfungsi sebagai bahan pengikat dalam pembuatan keramik, dan
menurunkan temperatur pembakaran. Ada beberapa jenis bahan feldspar di
antaranya K-feldspar, Na-feldspar, dan Ca-feldspar[3].
Gambar
3.
Butiran feldspar[14]
c. Kaolin
Nama
kaolin berasal dari Cina, kauling yang berarti pegunungan tinggi, yaitu gunung
yang terletak dekat Jakhau Cina yang tanah lempungnya sudah dimanfaatkan dalam
pembuatan keramik sejak beberapa abad lalu. Kaolin adalah tanah liat putih yang
mempunyai mutu penyusutan yang baik selama pengeringan dan pembakaran. Clay jenis ini merupakan clay yang paling penting dalam pembuatan
keramik dan paling putih di antara clay
lainnya, karena kandungan besinya yang paling rendah.
Sifat
- sifat kaolin antara lain :
•
Tidak terlalu plastis
•
Kekuatan keringnya rendah
•
Titik leburnya 17000C - 17850C
•
Dalam keadaan kering berwarna putih
•
Memberi warna putih pada badan keramik
•
Setelah dibakar berwarna putih[3].
Gambar
4.
Kaolin[15]
d. Kuarsa
Kuarsa
adalah mineral yang berasal dari batuan beku asam metamorf dan sedimen, dalam
bentuk dengan komposisi sebagian besar berupa silika dan terdapat pada sebagian
batu pasir kuarsa. Fungsi kuarsa di dalam pembuatan keramik adalah :
•
Tidak mengurangi keplastisan dan penyusutan
pad abodi keramik.
•
Mengurangi susut kering dan susut bakar dari
tanah liat.
•
Memudahkan air untuk menguap sewaktu prises
pengeringan dan proses pembakaran
•
Memberi sifat kuat pada barang - barang yan
dibuat dan dapat mencegah perubahan bentuk pada waktu dibakar.
•
Dapat mengurangi daya memuai dari benda yang
sudah jadi[3].
Gambar
5.
Kuarsa
4. Sifat
- Sifat Keramik
Setiap bahan memiliki sifat masing - masing yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan setiap bahan, begitu pula dengan keramik.
Adapun sifat keramik adalah didasarkan pada dua sifat, yaitu sifat mekanik dan
sifat listrik sebagai berikut :
a. Sifat
Mekanik
Keramik
biasanya material yang kuat, dan keras dan juga tahan korosi. Sifat-sifat ini
bersama dengan kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi,
membuat keramik merupakan material struktural yang menarik[2].
Aplikasi
struktural keramik maju termasuk komponen untuk mesin mobil dan struktur
pesawat. Misalnya, TiC mempunyai
kekerasan 4 kali kekerasan baja. Jadi, kawat baja dalam struktur pesawat dapat
diganti dengan kawat TiC yang mampu menahan beban yang sama hanya dengan
diameter separuhnya dan 31 persen berat. Semen dan tanah liat adalah contoh
yang lain, keduanya dapat dibentuk ketika basah namun ketika kering akan
menghasilkan objek yang lebih keras dan lebih kuat. Material yang sangat kuat
seperti alumina (Al2O3)
dan silikon karbida (SiC)
digunakan sebagai abrasif untuk grinding dan polishing[2].
Keterbatasan
utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan untuk patah tiba-tiba
dengan deformasi plastik yang sedikit. Ini merupakan masalah khusus bila bahan
ini digunakan untuk aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-elektron yang
terdelokalisasi memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah tetangganya tanpa semua
ikatan dalam strukturnya putus. Hal inilah yang memungkinkan logam terdeformasi
di bawah pengaruh tekanan. Tapi, dalam keramik, karena kombinasi ikatan ion dan
kovalen, partikel-partikelnya tidak mudah bergeser. Keramiknya dengan mudah
putus bila gaya yang terlalu besar diterapkan[2].
Faktor
rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam
padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang cleavage (keretakan) dalam
kristalnya. Permukaan tempat putus yang dihasilkan mungkin memiliki tekstur
yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak memiliki butiran dan
bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus kemungkinan besar mulus
penampakannya[2].
Kekuatan
tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan.
Kekuatan tekan keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk
memperbaiki sifat ini biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan[2].
b. Sifat Hantaran Listrik.
Sifat
listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai
isolator. Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat
dipolarisasi dan digunakan sebagai kapasitor[2].
Keramik
lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya dicapai, dan oleh karena itu
disebut semikonduktor. Tahun 1986, keramik jenis baru, yakni superkonduktor
temperatur kritis tinggi ditemukan. Bahan jenis ini di bawah suhu kritisnya
memiliki hambatan = 0. Akhirnya, keramik yang disebut sebagai piezoelektrik
dapat menghasilkan respons listrik akibat tekanan mekanik atau sebaliknya[2].
Sering
pula digunakan bahan yang disebut dielektrik. Bahan ini adalah isolator yang
dapat dipolarisasi pada tingkat molekular. Material semacam ini digunakan untuk
menyimpan muatan listrik[2].
Kekuatan
dielektrik bahan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan elektron pada
tegangan tinggi. Bila kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh, hampir tidak ada
arus yang lewat. Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari
pita valensi ke pita konduksi. Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam
kapasitor, dan mungkin disertai dengan kerusakan material karena meleleh,
terbakar atau menguap. Medan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan
kerusakan itu disebut kekuatan dielektrik. Beberapa keramik mempunyai kekuatan
dielektrik yang sangat besar.Porselain misalnya sampai 160 kV/cm. Sebagian
besar hantaran listrik dalam padatan dilakukan oleh elektron. Di logam,
elektron penghantar dihamburkan oleh vibrasi termal meningkat dengan kenaikan
suhu, maka hambatan logam meningkat pula dengan kenaikan suhu[2].
Sebaliknya,
elektron valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi, sehingga sebagian
besar keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan
dengan memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akan mempromosikan elektron
ke pita konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitas meningkat (hambatan
menurun) dengan kenaikan suhu[2].
Beberapa
keramik memiliki sifat piezoelektrik, atau kelistrikan tekan. Sifat ini
merupakan bagian bahan "canggih" yang sering digunakan sebagai
sensor. Dalam bahan piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan dipermukaannya
akan menginduksi polarisasi dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut
mengubah tekanan mekanis menjadi tegangan listrik. Bahan piezoelektrik
digunakan untuk tranduser, yang ditemui pada mikrofon, dan sebagainya[2].
Dalam
bahan keramik, muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini
dapat diubah-ubah dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar banyak aplikasi
komersial, dari sensor zat kimia sampai generator daya listrik skala besar.
Salah satu teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar. Kemampuan
penghantaran ion didasarkan kemampuan keramik tertentu untuk memungkinkan anion
oksigen bergerak, sementara pada waktu yang sama tetap berupa isolator.
Zirkonia, ZrO2,
yang distabilkan dengan kalsia (CaO), adalah contoh padatan ionik[2].
5. Tahapan pembuatan keramik
Tahapan
dalam pembuatan keramik dibagi menjadi lima tahapan, yaitu :
a.
Pengolahan
Bahan
Tujuan
pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material
yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai.
Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering dengan cara
manual ataupun masinal. Di dalam pengolahan bahan ini ada proses - proses
tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir,
penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing),
dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dpaat dilakukan dengan
penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk
memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya
menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 - 100 mesh[3].
Gambar
6.
Pengolahan material pada pembuatan keramik[13]
b.
Pembentukan
Tahap
pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi
benda - benda yng dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda
keramik : pembentukan tangan langsung (handbuilding),
teknik putar (throwing), dan teknik
cetak (casting) [3].
Gambar
7. Proses
pembentukan keramik[9]
c.
Pengeringan
Tujuan
utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada
badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses
penting :
(1.)
Air pada lapisan antarpartikel lempung
mendifusi ke permukaan, menguap, sampai partikel - partikel saling bersentuhan
dan penyusutan berhenti.
(2.)
Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut.
(3.)
Air yang terserap pada permukaan partikel
hilang[3].
Gambar
8. Proses
pengeringan keramik[9]
d.
Pembakaran
Pembakaran
merupakan inti dari pembuatan kermaik di mana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam
sebuah tungku / furnace suhu tinggi.
Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran : suhu sintering /
matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat. Selama
pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi - reaksi penting, hilang /
muncul fase mineral, dan hilang berat (weight
loss)[3].
Gambar
9.
Proses pembakaran keramik[11]
e.
Pengglasiran
Pengglasiran
merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda
keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas.
Untuk benda - benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi
glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap
air, dan menambahkan efek - efek tertentu sesuai keinginan[3].
Gambar
10.
Proses pengglasiran dengan menambah unsur hias / seni pada keramik[10]
6. Teknik Pembuatan Keramik
Teknik
yang umum digunakan dalam proses pembuatan keramik yaitu:
a. Teknik coil
(pilin)
Merupakan
teknik pembuatan keramik dengan cara membuat pilinan kecil seperti cacing. Sesuai
namanya maka keramik dibuat dari susunan pilinan-pilinan yang disambung.
Ketebalan pilinan yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan benda yang akan
dibuat. Benda keramik yang dibuat dengan teknik pilin dapat diujudkan dalam
karakter aslinya yang menampakkan pilinan atau permukaannya dihaluskan sehingga
kesan pilinan tidak kelihatan. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah
ketika menyambung pilinan, permukaan pilinan yang akan disambung hendakknya
dibasahi dengan air atau 'dilem' memakai lumpur tanah liat. Agar lebih kuat,
akan lebih baik apabila permukaan yang akan disambung diberi goresan lebih
dahulu. Berikut ini langkah langkah membuat benda dengan teknik pilin[4].
Tabel
1.
Langkah - Langkah Membuat Benda dengan Teknik Coil / Pilin[4]
No.
|
Deskripsi
|
Gambar
|
1.
|
Membuat pilinan dengan alas meja kerja atau tangan
langsung.
|
|
2.
|
Alas benda dapat dibuat dengan pilinan atau lempengan
tanah liat.
|
|
3.
|
Menghaluskan alas benda
|
|
4.
|
Memasang dan menyambung pilinan dengan alas.
|
|
5.
|
Menghaluskan permukaan benda
|
|
6.
|
Menghaluskan keseluruhan permukaan
|
|
7.
|
Benda siap dikeringkan
|
|
b. Teknik tatap batu / pijar jari (pinch)
Cara
pembuatan keramik dengan membuat bulatan tanah liat. Istilah pinch bila diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia berarti cubitan atau pijatan, karena tangan kita menekan
'sesuatu'. Teknik ini merupakan keteknikan bagi pemula dalam membentuk sebuah
benda keramik, contoh yang sangat sederhana berupa mangkuk atau bentuk organis
tak beraturan. Hasil jejak pijitan akan bisa ditampilkan dari tekanan ibu jari
dan telunjuk tangan anda. Fungsi pemijitan dengan jari adalah untuk mengarahkan
bentuk pada benda yang akan dibuat, juga untuk meratakan ketebalan benda secara
keseluruhan. Benda yang dihasilkan dari teknik pijit ini berupa bentuk-bentuk
keramik yang berukuran relatif kecil sampai sedang[5].
Tabel
2.
Langkah Membuat Benda dengan Teknik Tatap Batu / Pijar Jari (Pinch)[5]
No.
|
Deskripsi
|
Gambar
|
1.
|
Ambil
tanah liat secukupnya, buatlah bola padat, kemudian tekan pusat bola dengan
ibu jari
|
|
2.
|
Lakukan
penekanan dengan ibu jari secara memutar pada dinding benda
diawali
dari bawah terus naik sampai pada bagian bibir benda.
|
|
3.
|
Lakukan
pemijitan secara menyeluruh hingga terbentuk benda yang diinginkan.
|
|
4.
|
Rapikan
bagian luar badan benda agar tampilan tampak selesai.
|
|
c. Teknik Lempengan (Slab)
Teknik
lempeng digunakan untuk membuat bentuk-bentuk utamanya bentuk yang memiliki
sudut, seperti bentuk kubus, kotak, persegi panjang, segitiga, segi lima , hexagon
dan lain sebagainya. Di dalam teknik lempeng di bedakan menjadi 2 jenis tanah :
·
Lempeng lunak (soft slabbing).
·
Lempeng "keras" (hard slabbing)[6].
Jenis
lempengan dengan tanah lunak sangat responsive (memudahkan untuk di
bentuk), folding (dapat dilipat), crumpling (keriput / kusut), frilling (rumbai - rumbai) dan
mudah untuk dibengkokan. Teknik ini jika di kriya tekstil hampir seperti
membuat baju atau seni melipat kertas (origami). Sedangkan lempeng
"keras" sama seperti joinery (menyambung
/ merangkai). Produk
yang dapat dibuat dengan teknik ini antara lain :
·
Lempeng bentuk datar berupa tegel, relief,
papan nama, hiasan dinding dan sebagainya.
·
Lempeng lipat berupa wadah, standar buku,
tempat surat dan lain-lain.
·
Lempeng dengan acuan (former) berupa berbagai
bentuk wadah.
·
Lempeng sambung produknya berupa tempat alat
tulis, asbak, vas, dan sebagainya[6].
Untuk
memperkuat pada bagian sambungan, pada teknik ini biasanya ditambahkan pilinan
pada sudut-sudut yang dirangkai. Cara
menyambung lempengan dilakukan dengan menggores bagian yang akan disambung dan
mengolesinya dengan lumpur tanah kemudian disatukan denga kuat[6]. Berikut ini
urutan gambar membuat kotak dengan teknik slab
/ lempeng.
Tabel
3.
Langkah - Langkah Membuat Benda dengan Teknik Lempengan (Slab)[6]
No.
|
Deskripsi
|
Gambar
|
1.
|
Membuat
lempengan dengan roller pin.
|
|
2.
|
Memotong
lempengan
|
|
3.
|
Membuat
goresan untuk sambungan
|
|
4.
|
Merakit
(menyambung antar bagian)
|
|
5.
|
Merapikan
|
|
d. Teknik Cetak
Proses pencetakan benda
keramik dialkukan setelah cetakan benar-benar kering sehingga kemampuan
cetakan gips untuk menyerap air dari slip tanah liat dapat dengan
cepat. Setelah cetakan badan benda, tutup, dan knob benar-benar kering,
maka cetakan tersebut siap digunakan, satukan bagian-bagian cetakan dan
ikat menggunakan karet dengan kuat agar slip tanah liat tidak mangalir
pada belahan cetakan[7].
Tabel
4.
Langkah - Langkah Membuat Benda dengan Teknik Cetak[7]
No.
|
Deskripsi
|
Gambar
|
1.
|
Siapkan slip
tanah liat sesuai kebutuhan
untuk proses pencetakan
benda keramik.
|
|
2.
|
Tuang
slip tanah liat ke dalam cetakan hingga penuh, lakukan berulang -
ulang hingga mencapai ketebalan benda yang diinginkan. Tuang balik
slip tanah liat dari dalam cetakan, kemudian letakkan cetakan
dalam posisi terbalik agar sisa-sisa slip tanah liat
dapat mengalir.
|
|
3.
|
Lepaskan
karet pengikat, buka cetakan gips apabila benda hasil cetakan sudah
dapat dilepaskan.
|
|
4.
|
Potong
sisa-sisa tanah dari benda hasil cetakan menggunakan pisau.
|
|
5.
|
Sambung
bagian-bagian benda (knob dan tutup) dengan cara menggores bagian
yang akan disambung dan olesi dengan slip tanah liat.
|
|
6.
|
Rapikan bagian sambungan menggunakan
pisau kemudian haluskanpermukaan benda menggunakan spon
basah.
|
|
7.
|
Diangin
- anginkan hingga kering dan siap untuk dibakar biskuit.
|
|
e. Teknik Putar
Proses pembetukan benda
keramik diawali dengan proses pengulian tanah liat. Pengulian tanah liat
bertujuan untuk didapatkan tanah liat yang plastis, homogen, bebas gelembung
udara, dan kotoran. Proses pengulian tanah liat dilakukan setiap kali akan
membentuk benda keramik. Sebelum membentuk benda silindris, sebaiknya
tanah liat yang siap pakai dibuat bola-bola tanah liat dengan berat yang
bervariasi dari 1 kg, 2 kg, 3 kg, 4 kg bahkan lebih[8].
Tabel
5.
Langkah - Langkah Membuat Benda dengan Teknik Putar[8]
No.
|
Deskripsi
|
Gambar
|
1.
|
Centering
Tahap
pemusatan tanah liat plastis di atas putaran dengan cara menekan tanah liat.
Penekanan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, tangan yang satu menekan
dari atas dan tangan lain menahan pada bagian samping. Lakukan proses ini
dengan benar sehingga tanah liat memusat tepat di tengah alat putar. Tahap
ini harus dikuasai dengan benar karena akan berpengaruh pada tahap
selanjutnya.
|
|
2.
|
Coning
Tahap
pembentukan tanah liat seperti kerucut (cone).
Caranya dengan menekan tanah liat pada bagian samping menggunakan kedua
tangan, kemudian menekan kerucut tanah liat ke bawah sehingga membentuk
seperti mangkok terbalik, lakukan tahap ini beberapa kali.
|
|
3.
|
Opening dan Raising
Tahap
melubangi (open up) dan menaikkan
tanah liat (pulling up) atas dengan
tangan yang di dalam menekan kearah luar, sedangkan tangan yang di luar
menahan sehingga membentuk silinder.
|
|
4.
|
Forming
Tahap
membentuk (shaping) ini sangat
penting karena tahap pembentukan benda keramik menjadi bentuk yang diinginkan
sesuai gambar kerja. Pembentukan dilakukan dengan menggunakan kedua tangan
dan pada tahap ini diperlukan keterampilan tangan untuk membentuk tanah liat
menjadi benda keramik.
|
|
5.
|
Refining the contour
Tahap
ini adalah tahap pengecekan atau pengontrolan dari sisi bentuk dan ukuran
benda keramik yang dibuat. Pengecekan menggunakan penggaris untuk mengukur
tinggi dan kaliper / jangka bengkok untuk mengukur diameter.
|
|
6.
|
Finishing
Tahap
ini adalah tahap penyelesaian pembentukan benda keramik, yaitu meratakan
permukaan benda dengan menggunakan alat butsir, scraper, atau
ribbon kemudian menghaluskan dengan
spon. Pada kondisi benda setengah kering (leather
hard) dilakukan pengikisan (trimming
/ turning), pada bagian dasar benda keramik, dan dibuat kaki benda.
|
7. Referensi
[1]
http://pstkp.bppt.go.id/index.php/sekilas-keramik diakses pada tanggal 9
Oktober 2014 pukul 15.37 WIB
[2]
http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1100398016 diakses
pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 15.37 WIB
[3]
http://www.academia.edu/6873805/PEMBUATAN_KERAMIK diakses pada tanggal 9
Oktober 2014 pukul 15.37 WIB
[4]
http://www.studiokeramik.org/2008/08/membuat-keramik-dengan-teknik-pilin.html
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pukul 09.52 WIB
[5]
http://www.studiokeramik.org/2008/07/membuat-keramik-dengan-teknik-pijit.html
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pukul 10.09 WIB
[6]
http://www.studiokeramik.org/2008/08/membuat-kotak-dengan-teknik-lempeng.html diakses
pada tanggal 10 Oktober 2014 11.05 WIB
[7]
http://www.studiokeramik.org/2012/10/membuat-keramik-dengan-teknik-cetak.html
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 11.30 WIB
[8] http://www.studiokeramik.org/2011/03/membuat-keramik-dengan-teknik-putar.html
diakses
pada tanggal 10 Oktober 2014 11.44 WIB
[9]
http://travelmatekamu.com/2014/07/08/menengok-cara-pembuatan-keramik-di-plered/
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 13.15 WIB
[10]http://www.bandungtourism.com/tododet.php?q=Sentra%20Kerajinan%20Keramik%20Kiaracondong
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 13.19 WIB
[11]
http://www.tantericeramicbali.com/Production-Bali-Ceramic.php
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 13.22 WIB
[12]
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/06/13/geliat-industri-gerabah-di-banyumulek-lombok-469343.html
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 13.29 WIB
[13]
http://ruangkumemajangkarya.wordpress.com/2012/02/03/mengolah-tanah-liat-lempung-menjadi-bahan-gerabah-keramik-dengan-teknik-kering/
diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 13.32 WIB
[14]
http://www.adinathindustries.in/feldspar.htm diakses pada tanggal 10 Oktober
2014 13.35 WIB
[15]
http://www.sedlecky-kaolin.cz/en/vyrobky-a-sluzby/kaolin-sedlec-ia.htm diakses
pada tanggal 10 Oktober 2014 13.38 WIB
[16]
http://tampang-kuarsa.indonetwork.co.id/2980855 diakses pada tanggal 10 Oktober
2014 13.41 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar